photo fgr_zpsa263fa65.gif

Headlines News :
Home » » Mahasiswa Papua Manokwari Menolak Seminar Tentang UP4B, Bentangkan Bintang Kejora

Mahasiswa Papua Manokwari Menolak Seminar Tentang UP4B, Bentangkan Bintang Kejora

Mahasiswa Papua Manokwari Menolak Seminar Tentang UP4B, Bentangkan Bintang Kejora Aksi ini dilakukan saat Kepala UP4B memberikan sosialisasi di kampus mereka.


Foto: Pintu Utama Ruangan Seminar (Ilst)
MANOKWARI (UMAGI)--Seminar Sehari tentang Perspektif Percepatan Pembangunan di kedua Provinsi paling Timur di Indonesia yakni Papua dan Papua Barat,  dengan topik utama membahas program kebijakan Pemerintah Pusat mengenai Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), di Kampus Universitas Negeri Papua (Unipa) Provinsi Papua Barat-Manokwari, Jumat (13/4)  diwarnai kericuhan serta pembentangan spanduk maupun bendera Bintang Kejora (BK). 
Akis ini sebagai bentuk protes dan penolakan sejumlah mahasiswa dengan kehadiran UP4B.   Atas kejadian  tersebut  membuat pihak UNIPA mapun mahasiswa minta maaf kepada pihak UP4B. 
Belasan mahasiswa yang menolak UP4B itu  juga meneriakkan yel-yel Papua Merdeka, Bantai Garuda sekarang juga di atas Tanah Papua dan menolak kehadiran UP4B maupun dialog Jakarta-Papua bukan solusi menyelesaikan permasalahan Papua, tapi solusinya adalah Referendum bagi Tanah Papua.
Kepala UP4B, Bambang Dharmono yang datang memenuhi undangan pihak kampus Unipa sebagai pembicara tunggal saat memaparkan program-program kebijakan UP4B  yang merupakan kebijakan  dari Pemerintah Pusat,  mendapat tantangan dengan kata-kata keras.  
Begitu juga  dengan Rektor Unipa, Dr. Ir. Merlyn Lekitoo, M.Si yang berada disamping Kepala UP4B juga mendapatkan kata-kata kasar  dari belasan orang yang melakukan aksi protes. Belasan mahasiswa yang melakukan aksi protes ini, membentangkan bendera BK di dalam maupun di luar aula, tempat digelarnya seminar,  para mahasiswa membentangkan BK di hadapan Kepala UP4B, Bambang Dharmono yang berlalu meninggalkan Aula Kampus Unipa.
Seminar sehari yang diikuti Tim Rombongan UP4B diantaranya Kepala UP4B, Bambang Dharmono, Asisten UP4B, Wimpi Wola, Juru Bicara/Asisten Ahli Kepala UP4B, Amiruddin, Asisten I UP4B, Monggur Panjaitan, Sekretaris Pribadi Kepala UP4B, Rahmad Siregar dan Asisten Ahli Infrastruktur UP4B, Dodi Imam.
Dan seminar sehari yang dimulai pukul 10.00 WIT itu, sejak awal saat Kepala UP4B memaparkan materi program UP4B sudah diwarnai aksi protes dan penolakan seminar. Para mahasiswa membawa dan membentangkan spanduk besar di samping Kepala UP4B maupun Rektor Unipa saat memaparkan materi yang bertuliskan “Kami Mahasiswa/i Unipa menolak UP4B dan Kami Minta Pertanggungjawaban Status Politik Hukum dan Pelanggaran HAM di Tanah Papua, UP4B Bukan Solusi  Penyelesaian Masalah di Tanah Papua”.
Walaupun seminar dari awal sudah mendapatkan aksi protes, tapi tetap berlangsung dengan dipandu moderator Ir. Frederick Luhuluma, MM.  Dalam pemaparannya Kepala UP4B, Bambang Dharmono menyatakan, P4B merupakan kebijakan dan program pemerintah untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat asli yang berada di Papua dan Papua Barat yang secara sistematis, terencana, terukur dan sinergis dengan berbagai upaya yang dilakukan swasta maupun masyarakat.
“Melakukan dukungan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, fasilitasi serta pengendalian pelaksanaan percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat,” kata Bambang Dharmono, bahwa itulah tugas dari UP4B, kepada Bintang Papua yang ikut dalam rombongan Tim UP4B dalam memenuhi undangan pihak Unipa, kemarin.
Lanjut Bambang, melaksanakan koordinasi dengan Kementrian atau Lembaga, Lembaga Non Kementrian (LNK), serta lembaga lainnya, dan Kepala Pemerintah Daerah dalam merencanakan suatu Rencana Aksi percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat.
“Mendapatkan informasi dan dukungan tekhnis dalam pelaksanaan tugas dari Kementrian atau Lembaga, Lembaga Non Kementrian (LNK), Pemerintah Daerah dan pihak terkait lainnya, memonitor dan menyarankan penyelarasan serta kegiatan terkait dengan upaya UP4B. Serta memberikan alternatif solusi jika terjadi ketidaksepahaman dan kesepakatan dalam penetapan program maupun kegiatan antara rencana Kementrian atau Lembaga dan Pemerintah Daerah, inilah merupakan kewenangan dari UP4B,” ungkapnya.
Dikatakan, mendorong dan memastikan program UP4B lebih mengutamakan pendekatan kesejahteraan baik melalui program di bidang sosial ekonomi maupun program pembangunan di bidang sosial politik dan budaya secara serasi serta seimbang dengan memprioritaskan wilayah Pegunungan Tengah dan kawasann terisolir lainnya di Tanah Papua.
“Juga mendorong dan memastikan program P4B mewujudkan kesetaraan, keadilan gender dan perlindungan hak-hak anak pada aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum dan lingkungan secara berkesinambungan serta terintegrasi antara kemampuan dari potensi sumber daya manusia (SDM) dengan sumber daya lainnya diatas Tanah Papua,” lanjutnya.
Ia mengatakan, P4B juga menyiapkan landasan pembangunan yang berkelanjutan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat untuk memperbaiki integrasi sosial yang telah terbangun. Mengkoordinasikan, mensinergikan, mendorong dan memastikan serta mengendalikan atau mengevaluasi pembangunan baik program pembangunan yang menggunakan sumber dana APBN dan APBD maupun program Quick Wins.
“Mengkoordinasikan, mendorong dan memfasilitasi program-program pembangunan inisiatif yang melibatkan masyarakat khsusu di bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan di distrik-distrik terpilih kawasan Pegunungan Tengah maupun kawasan yang masih terisolir, apalagi P4B ini juga membangun kepercayaan masyarakat asli terhadap kebijakan Negara dan Pemerintah RI, Pemerintah Daerah, kepastian hukum dan pengelolaan keamanan serta percepatan pembangunan diatas Tanah Papua,” ujarnya.
Saat Kepala UP4B memaparkan materi di hadapan para mahasiswa maupun dosen, juga didapati ada belasan mahasiswa yang berada diluar aula sambil berteriak memprotes dan menolak UP4B. Dimana situasi makin panas dan tidak terkendali saat memasuki sesi diskusi atau tanya jawab, dikarenakan para mahasiswa di batasi waktunya oleh pihak Rektor Unipa dan juga seminar cuma berlangsung selama dua jam yakni dari pukul 10.00 s/d pukul 12.00 WIT, guna memberikan pertanyaan kepada Kepala UP4B, Bambang Dharmono.
Seminar ini semakin kacau dan tidak bisa dikendalikan, dimana belasan mahasiswa yang awalnya berada diluar atau berdiri di pintu masuk aula, merangsek maju ke depan dan mendekati meja Kepala UP4B maupun Rektor Unipa, yang mana mahasiswa dengan tegasnya menolak kehadiran UP4B yang dinilai oleh mereka merupakan gula-gula politik dari Pemerintah RI.
Ada seorang dosen wanita yang menjadi sasaran emosi, dikarenakan ia ingin menenangkan para mahasiswa dengan kata-kata yang menyinggung pihak mahasiswa yaitu dasar tidak tau sopan santun, tidak tau adat dan tidak punya otak kepada para mahasiswa, sehingga ia didorong-dorong dan tersudut, dimana ia nampak shock dengan kejadian ini. “Sudah-sudah, cukup-cukup! “Teriak salah satu dosen yang mencoba mengamankan dosen wanita tersebut.
Sementara Rektor Unipa meminta para mahasiswanya untuk tenang, namun himmbauan rector tersebut bukannya dipatuhi, tapi sebaliknya pimpinan tertinggi di perguruan tinggi tersebut, malah mendapatkan umpatan-umpatan yang kasar. 
Sedangkan Kepala UP4B tetap tenang duduk di kursinya, namun suasana semakin bertambah panas saat beberapa massa yang menamakan dirinya dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB) wilayah Manokwari juga ikut merangsek masuk ke dalam aula.
Sekretaris KNPB wilayah Manokwari, Alexander Nekenem yang merangsek masuk atau ke depan panggung aula juga diikuti massa KNPB lainnya sambil membawa alat pengeras suara berupa Toa.
Situasi dan kondisi makin tidak terkendali, pasalnya para dosen dan mahasiswa sebagai peserta seminar memilih meninggalkan ruangan karena para mahasiswa maupun massa KNPB yang berjumlah puluhan orang mengusir mereka. Bukan itu saja, Kepala UP4B pun ikut meninggalkan tempat duduknya karena di usir oleh para mahasiswa maupun massa KNPB yang berjumlah puluhan orang.
Tak pelak Bambang Dharmono yang merupakan Purnawirawan TNI-AD dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal (Letjend, red) itu, juga langsung mendapatkan pengawalan dari dosen ketika ingin berlalu meninggalkan ruangan hingga masuk ke dalam mobil. Kembali para mahasiswa maupun massa KNPB yang berjumlah puluhan orang itu, juga ikut berlarian ke luar aula mengejar Kepala UP4B dan saat itu ada dua massa KNPB kembali lagi membentangkan bendera BK di luar aula.
Sekretaris KNPB, Alexander Nekenem dalam orasinya secara tegas menolak UP4B dengan tiga (3) alasan yaitu Papua berintegrasi dengan Indonesia cacat  hukum, karena tidak sesuai mekanisme dunia Internasional. Serta persoalan Papua harus diselesaikan secara dunia Internasional. “Orang Papua Barat ingin Kemerdekaan dari Indonesia, jangan paksakan kami (rakyat Bangsa Papua Barat, red) untuk menerima program-program dari Indonesia. Banyak rakyat Bangsa Papua Barat yang sudah menjadi korban, maka itu kami menolak kehadirannya UP4B,” tegasnya.
Menanggapi aksi protes tersebut, Kepala UP4B Bambang Dharmono menyatakan,  pihaknya hadir di dalam seminar sehari itu, karena diundang  Unipa. Ia mengaku hanya menyampaikan  apa yang menjadi tugas dari Unit bentukan Presiden RI, SBY tersebut. “Hari ini (Jumat, 14/3) sebenarnya saya diundang  rapat kabinet membahas pembangunan di Papua. Namun karena ada undangan dari pihak Unipa, maka itu saya rapat kabinet saya tinggalkan. Dimana saya merasa sosialisasi UP4B sangat perlu dilakukan agar masyarakat dapat mengetahuinya,” tandasnya.
Rektor Unipa, Dr. Ir. Merlyn Lekitoo, MM. pun mengakui pihaknya lah yang mengundang Kepala UP4B itu. Dan sementara yang sebagai inisiator yakni Dekan Fakultas Pertanian dan Tekhnologi Pertanian (Fapertek) Unipa, Ir. Alexander Yaku, M.Si menyatakan, pihaknya sengaja menghadirkan Kepala UP4B, agar kiranya dapat menjelaskan kepada dosen maupun mahasiswa terkait dengan kehadiran Unit tersebut.
“Yang mana kami mengharapkan ada segi positif yang kami terima dari kehadiran Kepala UP4B di Kampus Unipa, tapi kehadirannya bukan terkait  politik, kami mengundang Kepala UP4B, Bambang Dharmono dan bersedia datang ke Unipa. Yang kami inginkan dengan kehadiran Kepala UP4B tersebut, dapat dimanfaatkan dosen dan mahasiswa untuk menyampaikan usulan, agar kampus Unipa ini mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat dan sekiranya dapat memfasilitasi ke Pemerintah Pusat, agar dapat membangun Unipa ini kedepannya lebih baik, tapi ternyata para mahasiswa hanya melihat UP4B ini dari sisi politiknya saja,” ungkapnya.
Yaku menyatakan,  pihaknya merasa kecewa dan prihatin dengan kericuhan ini. Pasalnya, bila ada sesuatu yang kurang sreg, semestinya diutarakan secara baik, bukannya cara emosional begitu. “Tapi, ya itulah namanya emosi sesaat saja,” tandasnya.
Lanjut Yaku, usai dibubarkannya seminar sehari tersebut oleh para mahasiswa maupun massa dari KNPB,  pihak Unipa langsung mendatangi rombongan Tim UP4B meminta maaf. Dan syukurlah Kepala UP4B beserta rombongannya dapat memaafkan dan memahami situasi maupun kondisi seperti itu.
Berdasarkan pantauan Bintang Papua yang ikut dalam rombongan Tim UP4B ini, bahwa dalam seminar sehari ini tidak adanya koordinasi yang baik antara pihak kampus Unipa, sehingga kondisi berubah menjadi ricuh dan gaduh, pasalnya di awal seminar sehari antara pihak Unipa dan UP4B berlangsung dengan lancar dan baik. Namun karena pihak kampus Unipa yang memberikan pembatasan waktu saat sesi tanya jawab antara mahasiswa atau dosen kepada Kepala UP4B hingga berakhir ricuh. 
Dan yang membentangkan bendera BK sebanyak dua orang yang mengambil bendera BK dibalik bajunya. Dimana ini nampak sekali sudah ada permainan dan di setting sedemikian rupa untuk membubarkan seminar tersebut. Serta sangat disesalkan saat seminar tersebut tanpa melibatkan pihak keamanan baik dari Resimen Mahasiswa (Menwa) Unipa maupun aparat kepolisian yang harus dapat menjaga keamanan dan ketertiban dari seminar sehari tersebut. (CR-36/don/l03)
 SUMBER: BINTANGPAPUA, KOMPAS, METROTV, VIVANEWS

Share this post :